Riset tentang Serangga untuk Pengembangan Sumber Daya Perdesaan
Lahir pada April 1959, Prof. Dr. rer.nat. Imam Widhiono, MZ, M.S. adalah satu dari banyak guru besar di Universitas Jenderal Soedirman. Beliau menempuh studi di Universitas Gadjah Mada dan menamatkan S3 nya di salah satu universitas di Jerman pada tahun 2003. Sejak tahun 1985, Prof. Dr. rer.nat. Imam Widhiono, MZ, M.S. telah mengabdi sebagai dosen di Universitas Jenderal Soedirman dan melewati berbagai proses perkembangan di kampus ini sampai kemudian dikukuhkan sebagai profesor pada tahun 2018.
Tema penelitian bertajuk “Strategi Pemanfaatan dan Pelestarian Serangga Penyerbuk Melalui Rekayasa Ekosistem†merupakan orasi ilmiah yang beliau sampaikan dalam pengukuhannya sebagai profesor. Ketertarikannya terhadap bidang entomologi telah ditekuni sejak dia masih mengenyam masa pendidikan. Sesuai dengan visi Universitas Jenderal Soedirman, yaitu mengembangkan sumber daya alam pedesaan, seiring berjalannya waktu beliau mengerucutkan fokus penelitiannya terhadap budi daya lebah lanceng yang berbasis riset. Madu yang dihasilkan oleh lebah lanceng sendiri dinilai sangat membantu proses pencegahan dan recovery pada saat pandemi Covid-19. Kemudian beliau melakukan penelitian lebih lanjut bersama dengan mahasiswa farmasi Unsoed terkait pengaruh madu lebah lanceng untuk pengendalian kolesterol dan diabetes. Faktor utama yang mendasari ketekunan beliau ini bermula pada tahun 2017 lalu di mana Prof. Dr. rer.nat Imam Widhiono MZ, M.S. mendapatkan permintaan dari seorang pakar ilmu pengetahuan alam asal Malaysia untuk mendirikan meliponiculture center.
Sebagai seorang scientist beliau juga aktif memublikasikan kepakarannya dalam sebuah karya. Hingga saat ini terhitung sudah tiga buku yang beliau terbitkan. “Saya suka menulis buku kemudian disebarluaskan secara cuma-cuma agar semakin bermanfaat dan orang-orang bisa mempelajarinya dengan mudahâ€, ungkap Prof. Imam. Selain itu beliau juga menuturkan bahwa dalam sebulan dapat mereview 2-3 jurnal internasional.
Sesuai dengan Indikator Kinerja Utama 5 (IKU 5), yakni hasil kinerja dosen dalam perguruan tinggi yang diukur dengan banyaknya penelitian yang dimanfaatkan oleh masyarakat atau industri, Prof. Imam Widhiono mengimplementasikannya melalui kerja sama dengan PNM Mekaar dan juga Yayasan Benih Baik. Kerja sama tersebut berupa pemberdayaan perempuan di Desa Langgengsari dengan budidaya lebah lanceng. Beliau juga kerap diminta menjadi pembicara tentang konservasi di Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai Serayu. Segala upaya yang beliau jalani ini diharapkan dapat menjadi dorongan bagi mahasiswa maupun masyarakat untuk senantiasa memanfaatkan sumber daya alam pedesaan yang melimpah dan beraneka ragam.