Pangan, gizi, dan kesehatan, Profil Peneliti

Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D.

Kembangkan Padi Protein Tinggi untuk Ketahanan Pangan Nasional

Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D lahir di Magelang pada September 1963. Menyelesaikan program S1 di Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman dan program S2 di Universitas Padjajaran, Prof. Totok melanjutkan pendidikan program S3 Pemuliaan Tanaman di Kyushu University Fukuoka Japan.

            Sejak tahun 1988 Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D telah menjadi dosen di Universitas Jenderal Soedirman. Selama mengabdi di Unsoed, beliau telah banyak melakukan riset diantaranya pada tahun 2020 dengan judul “Study of Physicochemical and Sensory Properties of Cereal Drink  for Pregnant Women Based on Protani Rice Flour”, “Effect of Maternal Cytoplasmic on Agronomic Characters of the Result of Crossing Black× White Rice”, “Genetic analysis on grain physical characteristics and grain color from the crosses of black× white rice genotypes”, dan “Agronomic performances of aromatic and non-aromatic M1 rice under drought stress”.

            Telah dikukuhkan sebagai guru besar bidang Pemuliaan Tanaman sejak tahun 2007,  Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D banyak mengambil tema penelitian mengenai tanaman padi. “Padi merupakan bahan pangan yang menyuplai kebutuhan pangan seluruh Indonesia. Selain punya nilai ekonomi, tanaman padi juga mempunyai nilai budaya dan nilai kedaulatan,” tutur beliau.

            Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D telah menemukan berbagai varietas unggul padi nasional yang mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Salah satu hasil penelitian beliau adalah padi varietas unggul Inpago Unsoed 1. Jenis padi hasil persilangan ini merupakan jenis padi gogo yang tidak memerlukan banyak air. Persilangan dengan menthik wangi menjadikan padi Inpago Unsoed 1 menjadi beras aromatik yang memiliki cita rasa pulen dan aroma yang harum.

            Pada 23 November 2023 padi varietas unggul baru temuan hasil Prof. Totok juga telah resmi dilepaskan dengan terbitnya surat keputusan Menteri Pertanian tentang pelepasan varietas unggul baru Inpago Unsoed Protani nomor 980/HK.540/C/10/2020 dari Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (Pusat PVTPP) kepada Universitas Jenderal Soedirman. Padi Inpago Unsoed Protani memiliki keunikan sebagai bahan pangan fungsional karena memiliki kandungan protein yang tinggi. Hasil persilangan padi aromatik yang berdaya hasil tinggi dan tahan kekeringan ini tahan juga terhadap hama dan penyakit tanaman yang diakibatkan oleh jamur. Keunggulan lainnya yaitu memiliki habitus yang pendek sehingga tidak mudah rebah. Varietas ini diharapkan juga mampu mengatasi permasalahan nasional Bangsa Indonesia dalam mencukupi kebutuhan protein rakyat Indonesia agar terhindar dari stunting.

            Hilirisasi penelitian Prof. Totok juga dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas berupa teknologi “superbodi” yang diterapkan pada tanaman kedelai. Istilah “superbodi” merupakan akronim dari masukkan benih di pertengahan bonggol/bedogol padi. Maksudnya adalah tanaman kedelai yang ditanam setelah musim tanaman padi dengan bonggol setinggi 3 cm yang langsung diberi benih kedelai. “Keuntungannya adalah kedelai walaupun kekeringan karena musim kemarau dan tidak ada air, biji kedelai masih bisa berkecambah dengan baik karena didukung oleh bonggol tanaman padi sebelumnya yang mempersiapkan kelembaban yang cukup sampai panen,” ungkap Prof. Totok.  Dengan teknik tanam yang biasa jika tanah kering dan retak maka akar kedelai akan patah sehingga akan mati.

            Prof Totok banyak menerima dana hibah penelitian diantaranya dari Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyararakat (DRPM) dan penelitian BLU Unsoed. Disamping kesibukan mengajar, saat ini beliau juga aktif menjadi  Dewan Pakar Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI), Pengurus Pusat Asosiasi Profesor Indonesia (API), Pengurus Pusat Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (PERIPI), dan Anggota Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Banyumas.