[unsoed.ac.id, Kam, 03/6/25] Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) menyelenggarakan kegiatan Guest Lecture bertajuk “HEALINK – Health Exchange and Learning Initiative”, hasil kolaborasi strategis antara UNSOED dengan The University of Newcastle, Australia. Kegiatan ini berlangsung pada Rabu (02/6/2025) bertempat di Gedung IAB, UNSOED.
Acara ini menjadi ajang berbagi pengetahuan antara akademisi dalam bidang kesehatan, yang diharapkan dapat memperkuat jejaring keilmuan serta membuka peluang kolaborasi lebih lanjut dalam pengembangan pendidikan dan penelitian di bidang kesehatan masyarakat.
Kegiatan dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Humas / WR IV Prof. Dr. Waluyo Handoko, S.IP., M.Sc. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang telah terjalin antara UNSOED dan The University of Newcastle.
“Kami sangat mengapresiasi kolaborasi yang telah melibatkan dosen dan mahasiswa dalam program pertukaran serta penelitian bersama. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan serta memperkuat hubungan internasional yang saling menguntungkan,” ungkapnya.
Prof. Waluyo juga menekankan bahwa UNSOED sebagai institusi pendidikan tinggi dengan fokus pada pemberdayaan kawasan perdesaan, berkomitmen untuk terus memperluas kerja sama internasional sebagai bagian dari kontribusi dalam pembangunan berkelanjutan, termasuk di bidang kesehatan. Ia berharap kemitraan ini akan terus berkembang melalui pertukaran mahasiswa dan staf, serta inisiatif riset yang lebih intensif.
Dalam sesi ini, para peserta mendapatkan wawasan dari para narasumber, yaitu:
- Associate Professor Karen Elizabeth Mate – The University of Newcastle
- Associate Professor David Andrew Newby – The University of Newcastle
- Joko Mulyanto, M.Sc., Ph.D – Fakultas Kedokteran, UNSOED
Salah satu topik utama yang diangkat adalah peran gotong royong sebagai kearifan lokal dalam mengatasi diabetes, yang kini menjadi tantangan kesehatan global.
Dijelaskan bahwa beberapa faktor penyebab tingginya prevalensi diabetes meliputi kurangnya kesadaran dan edukasi kesehatan, terbatasnya akses terhadap deteksi dini dan skrining, rendahnya kepatuhan terhadap pengobatan, serta minimnya keterampilan dalam manajemen diri penderita.
Dalam mengatasi hal ini, peran komunitas sangat krusial, di antaranya melalui Edukasi berbasis komunitas dengan pendekatan budaya lokal, Skrining terdesentralisasi melalui Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular), pembangunan sistem dukungan, seperti pemberdayaan keluarga dan dukungan sebaya, dan juga dengan pembelajaran kolektif guna meningkatkan kemampuan manajemen perawatan diri
“Gotong royong bukan sekadar konsep budaya yang bersifat nostalgik, tetapi merupakan strategi praktis dalam kesehatan masyarakat. Pendekatan ini mampu meningkatkan akses, memperluas pengetahuan, serta mendorong kepatuhan pasien, sekaligus menjadi kunci menuju strategi nasional yang tangguh, berkelanjutan, dan berakar pada budaya bangsa dalam mengatasi krisis diabetes,” kata Dr. Joko Mulyanto.
#unsoed1963#merdekamajumendunia