Menjamin Pelestarian Lingkungan Hidup, Unsoed Berdampak

UNSOED Galakkan Program Pengelolaan Sampah sebagai Wujud Kepedulian terhadap Lingkungan

Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) mendorong program pengelolaan sampah berbasis partisipasi warga melalui kerja sama dengan masyarakat. Program yang diberi nama Bank Sampah Ramah ini bertujuan meningkatkan kesadaran lingkungan dengan sistem pemilahan dan pengelolaan sampah terpadu.

Kerja sama ini menjadi langkah penting dalam penguatan kolaborasi dengan masyarakat serta bagian dari implementasi Program Kampus Berdampak yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek).

Ketua RT 01 Perumahan Saphire Regency, Purwokerto Barat, Sulardi, mengatakan awal mengenal program pengelolaan sampah ini dari dosen FISIP Unsoed, Prof. Slamet Rosyadi. Program ini merupakan bagian dari pengabdian Unsoed kepada masyarakat.

“Awalnya dikenalkan oleh Prof. Slamet, beliau juga aktivis lingkungan. Beliau juga mengelola bank sampah di perumahan bersama istrinya,” jelasnya (02/07).

Bank Sampah Ramah didirikan pada 11 Oktober 2019 dengan SK Lurah Kober No. 580/07/X/2019. Tujuan utamanya adalah memberikan solusi masalah sampah secara komprehensif, terpadu, dan bernilai tambah secara ekonomi bagi masyarakat serta melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Saat ini nasabah Bank Sampah Ramah telah mencapai sekitar 80 rumah tangga.

Sulardi menjelaskan bahwa sebelum adanya program ini, volume sampah di Perumahan Saphire cukup besar karena masih tercampur antara sampah basah, sampah kering, dan sampah plastik. Dengan adanya Bank Sampah Ramah, sampah mulai dipilah dan didaur ulang sehingga volume sampah berkurang. Sampah organik dimanfaatkan untuk pakan ikan dan pupuk tanaman.

“Plastik dan logam kami kumpulkan dan setorkan ke bank sampah setiap bulan. Sementara limbah organik, masing-masing rumah sudah memiliki tempat khusus untuk kemudian diolah menjadi pakan ikan dan pupuk,” lanjut Sulardi.

Pelatihan dan pendampingan rutin dari Unsoed menjadikan warga antusias dalam menjalankan program ini. Program pengelolaan sampah ini membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.

“Yang jelas, kami jadi lebih sadar sampah, terutama sampah plastik, agar tidak dibuang sembarangan. Masyarakat juga mulai memilah sampah plastik sehingga tidak mencemari lingkungan,” tutup Sulardi.

Peran bank sampah dalam mengurangi volume sampah yang terbuang membutuhkan keterlibatan penuh dari pengelolanya. Meskipun baru berdiri pada 2019, pada 2023 Bank Sampah Ramah berhasil mengelola sampah terpilah rata-rata 1.713 kg atau 1,7 ton per tahun. Hasil pemilahan sampah ini tidak hanya mendatangkan pendapatan tambahan bagi nasabah, tetapi juga membuktikan pentingnya partisipasi publik dalam pengelolaan sampah.

Ke depannya, program ini diharapkan dapat terus disosialisasikan kepada masyarakat yang lebih luas. Bank sampah diharapkan dapat menjadi alternatif solusi terhadap pengelolaan sampah yang berbasiskan partisipasi warga. Dengan adanya program pengelolaan sampah seperti ini, diharapkan Banyumas dapat menjadi kota yang bersih.