Berita

Ajak Kampus Jadi Garda Terdepan, Menteri Arifah Fauzi Dorong Kolaborasi untuk Ciptakan Lingkungan Aman dan Berdaya

[unsoed.ac.id, Kam, 25/09/25] Dalam Sidang Senat Terbuka Dies Natalis ke-24 Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (FK Unsoed) yang diselenggarakan di Auditorium  Fakultas Kedokteran 25 September 2025, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi, menyerukan kolaborasi seluruh elemen bangsa untuk mewujudkan perlindungan optimal bagi perempuan dan anak menuju Indonesia Emas 2045.

Dalam pidatonya yang bertajuk “Kekerasan Seksual pada Usia Dini: Membongkar Akar, Merespon Fenomena Anak Menjual Keperawanannya,” Menteri Arifah menekankan bahwa perempuan dan anak adalah potensi bangsa yang mengisi hampir dua pertiga total penduduk Indonesia. “Mereka merupakan bagian dari kunci keberhasilan pembangunan, dan memiliki peran penting untuk memberi kontribusi tegaknya negara hukum,” tegas Menteri PPPA.

Mendorong Kampus ‘Tidak Steril’ dari Kekerasan Menjadi Ruang Aman

Menteri Arifah juga secara khusus menyoroti peran penting perguruan tinggi dalam pencegahan kekerasan. Mengacu pada data yang menunjukkan bahwa kampus tidak luput dari kekerasan , Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 55 Tahun 2024 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Perguruan Tinggi.  Peraturan ini mengamanatkan pelaksanaan berbagai program positif telah dilakukan oleh kampus, mulai dari road show, program self development bagi mahasiswa, pelatihan penanganan kasus, hingga pendampingan hukum dan psikologis bagi korban kekerasan.

Rektor Unsoed,Prof. Akhmad Sodiq dalam sambutannya, memperkuat komitmen institusi pendidikan tinggi untuk menjadi agen perubahan. Beliau menyatakan bahwa Unsoed akan terus meningkatkan keterlibatan perempuan dalam berbagai agenda strategis  kampus.

Rektor juga menyoroti salah satu tantangan besar di wilayah Banyumas, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan yang masih berada di angka 20%, dimana angka tersebut masih berada dibawah APK Jawa Tengah yaitu 20-24%. Tantangan ini menuntut semua pihak, termasuk perguruan tinggi, untuk bekerja lebih keras agar akses pendidikan yang berkualitas dapat merata.

Menteri Arifah mengapresiasi upaya Unsoed dan mengajak seluruh elemen perguruan tinggi untuk berkolaborasi melalui gerakan Ruang Bersama Indonesia (RBI) , yakni gerakan berbasis desa/kelurahan yang menyelenggarakan program berperspektif perempuan dan anak secara holistik dan berkelanjutan

Untuk menjawab tantangan yang ada, KemenPPPA menginisiasi gerakan kolaboratif yaitu Ruang Bersama Indonesia (RBI).”RBI adalah gerakan kolaboratif dari seluruh elemen masyarakat dan pemangku kepentingan berbasis desa/kelurahan, bersinergi menyelenggarakan program berperspektif perempuan dan anak untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045,” tutup Menteri Arifah.