[unsoed.ac.id, Jum, 09/08/24] Pelaku bisnis UMKM selama ini kerap kebingungan untuk menentukan harga jual produk mereka. Pasanya banyak faktor yang digunakan untuk menghitung harga produk namun justru dilupakan. Demikian dikemukakan dosen Prodi Manajamen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsoed, Dr Ary Yunanto SE MSi saat pelatihan penentuan harga jual produk di Desa Luwung, Kecamatan Rakit, Banjarnegara, Rabu 31 Juli 2024 yang digelar Tim Kuliah Kerja Nyata Pemberdayaan Masyarakat oleh Mahasiswa (KKN PMM) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dan Universitas Nahdhatul Ulama (UNU) Purwokerto.
Ary menjelaskan, kalangan pelaku UMKM kerap melupakan harga produksi dari tenaga kerja, listrik, kompor dan peralatan lainnya. “Dibalik itu ada tenaga kerja yang dipakai. Jadi ini sangat penting untuk menentukan harga jual dan menentukan perkembangan usahanya. Kalau salah dalam menentukan akan merugi terus,” kata dia.
Dia memberikan sejumlah catatan terkait komponen pendukung produksi yang tidak dimasukkan. Hal ini semestinya turut diperhitungkan. Selain itu, catatan keuangan mereka juga masih tercampur antara penggunaan pribadi, keluarga dan bisnis. Ini semestinya dipisahkan.
Salah satu peserta pelatihan, Ambarwati mengaku senang karena dapat mengetahui cara menentukan harga jual sebuah produk. Dia mengatakan, untuk menentukan harga produk selama ini hanya dengan perkiraan saja.
“Misal batik ecoprint, kadang kita bingung mau jual berapa. Sekarang sambil jalan sambil belajar harus menghitung sampai detil,” kata dia.
Branding
Pada hari kedua, yaitu pelatihan branding produk, dosen Prodi Manejemen FEB Unsoed, Dr Larisa Pradisti menjelaskan, produk memiliki posisi khusus untuk membedakan dengan pesaing.
UMKM wajib memiliki branding dengan sejumlah komponen seperti nama merek sesuai karakteristik produknya serta slogannya.
“Branding ini harus terus dipromosikan, karena tidak cukup dengan iklan sekali dua kali. Konsumen cepat lupa karena banyaknya produk baru yang muncul,” ucapnya usai pelatihan branding produk, Kamis 1 Agustus 2024.
Pada era digital ini, sambung dia, pelaku UMKM juga perlu berlatih menggunakan teknologi. Misalnya dengan memanfaatkan fitur kecerdasan buatan.
“Ada chat GPT, logomaker untuk membuat logo tapi dengan kreatifitas mereka sendiri dengan memanfaatkan teknologi,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana KKN PMM Desa Luwung, 2024, Ari Asnani SSi MSc PhD mengatakan, kegiatan pemberdayaan bidang Ekonomi kali ini mencakup tiga hal berkesinambungan yaitu penentuan harga jual produk, branding produk, dan pemasaran secara digital.
Pihaknya sengaja mengundang narasumber dari ahli agar para peserta yang umumnya pelaku UMKM di Desa Luwung dapat menetapkan harga pokok dengan menghitung semua faktor produksi termasuk pemasaran, serta rencana keuntungan yang ingin diperoleh.
Hal ini penting dilakukan agar usaha mereka dapat berkembang dengan baik. Adapun terkait pelatihan branding yaitu pemberian identitas spesifik pada produk sebagai jatidiri sekaligus menarik minat konsumen.
“Pada kegiatan ini telah dihasilkan berbagai nama produk misalnya Sekar Warna, Maggot Agro Luwung, Bumbu Dasar Karisma, Berkah Keramba, dan lain-lainnya,” ujarnya
Sebagai akhir dari rangkaian kegiatan bidang ekonomi adalah pemasaran digital untuk mendorong pelaku UMKM lebih meluaskan jejaring pemasaran melalui berbagai platform digital.*
#unsoedmajuterus
#merdekamajumendunia