[unsoed.ac.id, Sen, 9/12/24] Korprodi Magister Bioteknologi Pertanian, Prof. Maria Dyah Nur Meinita berpartispasi sebagai speaker, moderator dan convener dalam The 8th China-Southeast Asian Countries Marine Cooperation Forum pada tanggal 28-29 November 2024. Forum ini merupakan conference tahunan yang diselenggarakan oleh negara-negara Asia Tenggara dan First Institute of Oceanography, China.
Pada tahun ini Forum ini diselenggarakan di Gedung BJ Habibie BRIN, Jakarta, di mana Unsoed menjadi co-host Bersama dengan Badan Riset and Inovasi Nasional dan First Institute of Oceanography, China. Forum yang dihadiri sekitar 200 peserta ini, mengangkat tema “Strengthen Collaboration on Ocean and Climate to Accelerate Actions for the UN Decade of Ocean Science” ini juga di dukung oleh Decade Collaborative Center on Ocean-Climate Nexus and Coordination Amongst Decade Implementing Partners in P.R. China (DCC-OCC).
Forum ini bertujuan memperkuat kolaborasi di bidang kelautan dan perubahan iklim, guna mendukung implementasi UN Ocean decade untuk Pembangunan Berkelanjutan (2021–2030).
Dalam sesi “East Asia Summit Workshop on Coastal Economy Development” Profesor Maria memaparkan riset inovatifnya di bidang bioteknologi rumput laut sebagai elemen penting dalam memajukan Ekonomi Biru (Blue Economy). Presentasinya yang berjudul “Seaweed Blue Economy: Potential and Challenge of Seaweed Development in Indonesia” di forum internasional tersebut membahas peran kemajuan bioteknologi yang menjanjikan dalam meningkatkan produktivitas, keberlanjutan, dan manfaat ekonomi dari budidaya rumput laut di Indonesia.R iset tersebut menyoroti potensi besar budidaya rumput laut sebagai penggerak utama Blue Economy Indonesia sekaligus menjawab tantangan yang perlu diatasi demi pertumbuhan berkelanjutan di sektor tersebut.
Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia akan memperoleh manfaat besar dari Blue Economy yang sedang berkembang pesat, sebuah konsep yang berpusat pada penggunaan sumber daya laut yang berkelanjutan. Penelitian Profesor Maria menekankan bagaimana bioteknologi rumput laut dapat berfungsi sebagai landasan bagi ekonomi maritim Indonesia dengan menawarkan metode baru untuk meningkatkan budidaya, pemrosesan, dan pemanfaatan rumput laut.
“Melalui inovasi dalam rekayasa genetika, bioteknologi mikroba, dan praktik pertanian berkelanjutan, potensi untuk meningkatkan kualitas dan hasil rumput laut sangat besar. Hal ini dapat membuka pintu bagi industri baru, termasuk biofuel, farmasi, dan kemasan ramah lingkungan,” jelas Prof Maria
Selama presentasinya, Profesor Maria menguraikan bagaimana pendekatan bioteknologi dapat meningkatkan efisiensi budidaya rumput laut, memungkinkan produksi produk bernilai tinggi sambil meminimalkan dampak lingkungan. Selain itu, kemampuan rumput laut untuk menyerap karbon dioksida menjadikannya pemain kunci dalam memerangi perubahan iklim—sejalan dengan tujuan lingkungan dan keberlanjutan Indonesia yang lebih luas.
Namun, Prof Maria juga mengakui beberapa tantangan. Ini termasuk kebutuhan untuk penelitian lanjutan, pembangunan infrastruktur, dan penciptaan kebijakan yang mendorong investasi dalam bioteknologi rumput laut.
“Kolaborasi yang lebih besar antara pemerintah, lembaga penelitian, dan sektor swasta untuk mendorong inovasi, khususnya dalam pengembangan bioteknologi baru sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan industri rumput laut,”ujar Prof Maria
Selain mempresentasikan hasil penelitiannya, Prof Maria juga memimpin diskusi roundtable dengan para expert dari kalanngan akademisi , pembuat kebijakan dan industri. Dalam diskusi dinamis di antara para ahli, pembuat kebijakan, dan pemimpin industry tersebut, semuanya mengakui pentingnya menggabungkan bioteknologi ke dalam strategi pengelolaan sumber daya laut nasional.
#unsoedmajuterus
#merdekamajumendunia