Skip to main content
Submitted by android290374@… on 26 September 2022
Prof. Dr. Agus Hery Susanto, M.S

Prof. Dr. Agus Hery Susanto, M.S. lahir di Purwokerto pada tanggal 14 Agustus 1959. Beliau menempuh pendidikan sarjana di Universitas Jenderal Soedirman dengan mengambil jurusan biologi, menempuh program magister di Universitas Padjadjaran dengan bidang studi Ilmu Tanaman, kemudian melanjutkan program doktoral di Universitas Jenderal Soedirman dengan mengambil jurusan biologi.

Prof. Dr. Agus Hery Susanto, M.S memiliki riwayat penelitian dalam lima tahun terakhir tentang Induksi Poliploidi pada Anggrek Grammatophylum speciosum menggunakan Kolkisin dan Orizalin (2021), Genetika Populasi Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Raeusch) di Paparan Sunda berdasarkan dua Marka Genom Kloroplas (tahun ke-1) (2021), Intergeneric hybridization between Phalaenopsis 2166 and Vanda ‘saint valentine’: characterization of parents using ndhE cpDNA partial sequence (2021), Sex identification in Nepenthes adrianii from Baturraden Botanical Garden Genetic analysis using RAPD Markers (2021), Morphological and Physiological Adaptation of Synedrella nodiflora (L.) Gaertn (2020). in Various Altitudes dan lainnya.

Prof. Dr. Agus Hery Susanto, M.S telah menerbitkan buku berjudul Genetika pada tahun 2011. Dalam pengukuhan guru besarnya, Prof. Dr. Agus Hery Susanto, M.S mengambil tema penelitian mengenai pentingnya variasi genetik bagi kelangsungan hidup spesies organisme. Secara keseluruhan, laju mutasi pada virus akan menentukan besarnya variasi genetik pada populasi generasi berikutnya. Mutasi dapat dikatakan sebagai sumber awal atau asal muasal penyebab terjadinya variasi genetik, sementara faktor-faktor yang lain seperti rekombinasi, migrasi (aliran gen), seleksi alam, dan hanyutan genetik (genetic drift) akan menentukan arah perkembangan variasi tersebut. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa variasi genetik yang sangat tinggi dilaporkan terlihat di antara beberapa isolat jamur Ganoderma spp. , yang dianalisis menggunakan marka molekuler RAPD (random amplified polymorphic DNA) dengan empat primer acak (Ratnaningtyas et al. , 2019) Dari 23 pita PCR-RAPD yang dihasilkan, tidak ada satu pun yang bersifat monomorfik sehingga diperoleh kesimpulan bahwa populasi P. erosa di Kawasan Segara Anakan memiliki heterozigositas dan tingkat variasi genetik yang sangat tinggi.