Berita

Kolaborasi Multidisipliner Unsoed Ciptakan Inovasi Ginger Yogurt Berbasis Kearifan Lokal

[unsoed.ac.id, Sel, 7/10/25] Di tengah fluktuasi harga susu segar dan keterbatasan akses pasar bagi peternak rakyat, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) menghadirkan solusi inovatif melalui pengembangan produk olahan susu berbasis kearifan lokal. Inovasi ini diwujudkan dalam bentuk ginger yogurt atau yogurt jahe yang memadukan cita rasa segar susu dengan sensasi hangat khas rempah Nusantara.

Kegiatan ini diprakarsai oleh Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Unsoed dalam program Pemberdayaan Berbasis Masyarakat Batch 2 Tahun 2025. Tim terdiri dari Dr. Naofal Dhia Arkan, S.Pt., M.Pt. dari Fakultas Peternakan, serta Radita Putera, S.T., M.T. dan Niko Siameva Uletika, S.T., M.Eng. dari Fakultas Teknik. Kolaborasi lintas disiplin ini mencerminkan semangat multidisipliner Unsoed dalam mengimplementasikan tridharma perguruan tinggi, khususnya pengabdian kepada masyarakat.

Kegiatan dilaksanakan di Kelompok Tani Sapi Perah “Suprah”, Dusun Silembu, Desa Karangjambe, Kecamatan Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara, pada Minggu (5/10/2025). Fokus kegiatan adalah penerapan teknologi diversifikasi produk olahan susu serta pelatihan pengemasan yang higienis dan menarik guna meningkatkan nilai jual produk lokal.

“Kami ingin menghadirkan bioteknologi yang aplikatif bagi peternak, bukan sekadar konsep akademik. Dengan inovasi sederhana, susu segar bisa diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti yogurt, keju, atau minuman fungsional berbasis rempah,” ujar Dr. Naofal Dhia Arkan.

Dalam pelatihan yang dilakukan, para peternak belajar membuat starter, menerapkan teknik fermentasi, serta memahami metode pengemasan produk yang menarik dan sesuai standar higienitas. Dari proses tersebut, lahir dua produk unggulan: yogurt dan keju. Di antara keduanya, produk ginger yogurt dinilai paling potensial karena menggabungkan teknologi fermentasi dengan bahan lokal yang mudah diperoleh, yaitu jahe.

Menurut Niko Siameva Uletika, pemilihan jahe bukan hanya karena ketersediaannya yang melimpah di Banjarnegara, tetapi juga karena manfaat kesehatannya. “Jahe adalah simbol potensi lokal yang belum tergali sepenuhnya. Ketika dipadukan dengan fermentasi susu, kita tidak hanya menciptakan rasa baru, tetapi juga nilai tambah ekonomi dan kesehatan,” jelasnya.

Proses pembuatan ginger yogurt menggunakan pendekatan bioteknologi sederhana yang dapat diaplikasikan secara mandiri oleh peternak tanpa membutuhkan peralatan kompleks. Pendekatan ini membuktikan bahwa inovasi tidak harus mahal, melainkan harus relevan dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat.

Selain sebagai bentuk pengabdian, kegiatan ini juga merupakan bagian dari riset terapan yang dikembangkan oleh Dr. Naofal, yang sebelumnya meneliti “Pengembangan Keju Rempah sebagai Pangan Fungsional.” Ia menegaskan bahwa tren pangan di Indonesia kini mengarah pada pola konsumsi preventif, di mana makanan berperan menjaga kesehatan dan mencegah penyakit.

Kegiatan ini semakin memperkuat posisi Fakultas Peternakan Unsoed sebagai pusat riset terapan di bidang teknologi hasil ternak dan inovasi pangan sehat. Lebih dari sekadar menghasilkan produk baru, program ini menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk mengelola potensi lokal secara berkelanjutan.

Dari Banjarnegara, kolaborasi antara akademisi Unsoed dan peternak rakyat menjadi bukti bahwa inovasi sejati bisa lahir dari tempat yang sederhana dari kandang sapi, tangan peternak, dan semangat akademisi yang ingin melihat masyarakatnya berdaya.

#unsoed1963 #merdekamajumendunia