[unsoed.ac.id, Sel, 02/09/25] Perubahan iklim yang semakin tidak menentu telah membawa dampak serius bagi sektor pertanian. Ketidakpastian musim tanam seringkali berujung pada gagal panen, turunnya produktivitas, hingga kerugian ekonomi bagi petani. Menyikapi persoalan ini, mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) melalui Program Kreativitas Mahasiswa Skema Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) mengangkat kembali kearifan lokal Pranata Mangsa atau penanggalan Jawa sebagai strategi adaptasi dan mitigasi risiko iklim untuk memperkuat ketahanan pangan.
Tim yang beranggotakan Intan Hasna Fauzani Majid, Na’ilul Husna, Novan Meirahmandita (Agribisnis 2023), Naufal Mu’afa (Teknik Sipil 2023), dan Muhammad Hafid Fauzan (Agribisnis 2022), dengan bimbingan Indah Setiawati, S.P., M.Sc., menemukan bahwa pranata mangsa tidak hanya sistem hitungan hari, tetapi juga menyimpan nilai-nilai ekologis, religius, sosial, ekonomi, kosmografis, hingga budaya yang selaras dengan konsep pertanian berkelanjutan.
Hasil riset menunjukkan, petani yang mengikuti pranata mangsa merasa lebih terlindungi dari risiko iklim. “Kalau ikut pranata mangsa, biasanya hasilnya lebih aman. Kami berharap ilmu ini tidak hilang, biar anak-anak muda mau belajar juga,” ujar Joko, petani Desa Pliken. Sementara itu, Suwito, petani lain, menegaskan bahwa meski ramalan cuaca modern tersedia, tanda-tanda alam tetap penting untuk diperhatikan.
Ketua tim, Intan Hasna Fauzani Majid, menekankan bahwa pranata mangsa perlu dilestarikan. “Kami ingin pranata mangsa tidak hanya dipandang sebagai warisan budaya, tetapi juga relevan sebagai pedoman pertanian di masa kini,” jelasnya.
Riset ini menjadi bukti bahwa kearifan lokal dapat dipadukan dengan ilmu modern untuk menciptakan strategi adaptasi iklim yang lebih efektif. Dengan demikian, pranata mangsa diharapkan terus dijaga dan dikembangkan sebagai bagian dari solusi nyata menghadapi ketidakpastian iklim sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional.
#unsoed1963#merdekamajumendunia