[unsoed.ac.id, 17/11/25] Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) berhasil mengembangkan inovasi microneedle patch berbahan limbah kulit bawang merah untuk terapi hiperlipidemia. Inovasi ini juga berhasil lolos seleksi menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-38 tahun 2025.
Hiperlipidemia menjadi salah satu masalah kesehatan global dengan prevalensi sekitar 40% pada populasi dewasa dunia dan berkontribusi pada 5,3 juta kematian setiap tahun. Di Indonesia, angka penderita hiperlipidemia mencapai 18%. Kondisi ini ditandai dengan meningkatnya kadar trigliserida, kolesterol, dan lipid dalam darah.
Ketua tim Shallot Patch, Daffa Noor Ainy, menjelaskan bahwa microneedle patch menjadi salah satu teknologi penghantaran obat yang semakin populer karena lebih efektif dan tidak menimbulkan rasa sakit. “Banyak kulit bawang merah dibuang percuma, padahal kadar kuersetinnya sangat tinggi. Kuersetin memiliki banyak manfaat, termasuk sebagai antihiperlipidemia. Kami ingin memanfaatkannya menjadi produk inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat,” ungkapnya.
Tim yang beranggotakan Windi Trimei Lasari, Masrukhan Ghozali, Alfin Hudaifah Al Fariz, dan Alisa Naela Zahwa, dengan dosen pembimbing Dr. Santi Nur Handayani, M.Si, mengangkat penelitian berjudul “Dissolving Microneedle Patch Berbasis Nanoselulosa Kulit Bawang Merah Sebagai Teknologi Penghantaran Kuersetin Pada Terapi Hiperlipidemia”.
Kulit bawang merah yang selama ini dianggap limbah ternyata mengandung senyawa bioaktif kuersetin dengan kadar tertinggi dibandingkan bagian bawang lainnya. Kuersetin diketahui dapat mencegah oksidasi Low Density Lipoprotein (LDL) yang menjadi salah satu pemicu utama hiperlipidemia. Namun, penggunaan senyawa bioaktif seperti kuersetin sering terkendala stabilitas dan rendahnya kemampuan mencapai target terapi.
Untuk mengatasi hal tersebut, tim Shallot Patch memanfaatkan teknologi dissolving microneedle patch (DMN). Teknologi jarum mikro larut ini mampu meningkatkan bioavailabilitas dan stabilitas senyawa kuersetin sehingga memberikan efek terapi yang lebih optimal. Dalam pengembangannya, tim juga memanfaatkan nanoselulosa dari kulit bawang merah sebagai matriks penghantaran obat.
Menurut Daffa, inovasi ini tidak hanya menawarkan solusi terapi yang lebih aman, tetapi juga mengangkat nilai tambah dari limbah pertanian.
“Melalui PKM ini, kami berharap dapat menghadirkan solusi inovatif untuk memanfaatkan limbah yang ada, termasuk kulit bawang merah yang sering dibuang begitu saja. Dukungan pendanaan dari Kemendikbudristek memberi kami semangat untuk terus berinovasi,” tambahnya.
Tim Shallot Patch berharap inovasi ini dapat dikembangkan lebih lanjut dan memberi kontribusi nyata di bidang kesehatan, khususnya terapi hiperlipidemia berbasis bahan alam.
#unsoed1963#merdekamajumendunia
