KKN Tematik, MBKM

Miskiyatul Mubarokah: Mengembangkan Diri Melalui KKN Tematik

Miskiyatul Mubarokah, mahasiswa Program Studi Manajemen Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2020, merupakan salah satu mahasiswa Unsoed yang mengikuti Program KKN (Kuliah Kerja Nyata) Tematik. Program KKN Tematik merupakan program kegiatan akademik yang mempunyai kepastian tema dan program pada suatu kondisi mitra kegiatan yang diselaraskan dengan pelaksanaan program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Program unggulan yang dapat dikonverasikan ke dalam SKS khususnya mata kuliah KKN tersebut diselenggarakan oleh LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Unsoed.

KKN Tematik yang dilaksanakan mulai dari Januari hingga Februari 2023 itu bertempat di Desa Bandingan, Kecamatan Kejobong, Kabupaten Purbalingga. Fokus program kerja dalam KKN Tematik yang diikuti oleh Miskiyatul terbagi menjadi beberapa bidang, yaitu bidang ekonomi, pemberdayaan lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan layanan pemerintah. Bidang ekonomi terfokus pada kegiatan inventaris UMKM dan kegiatan BUMDes serta pendampingan keduanya. Bidang pemberdayaan lingkungan mencakup intensifikasi pekarangan dengan planter bag dan introduksi home waste decomposer. Yang termasuk bidang kesehatan adalah penyadaran dan pendampingan pentingnya pemberian menu makanan balita. Yang termasuk bidang pendidikan adalah pembentukan kelompok belajar. Bidang layanan pemerintah di antaranya adalah membantu kegiatan di balai desa, melatih staff dalam menggunakan komputer, mengaktifkan website milik desa, dan meng-update data desa khususnya yang ditempel di balai desa.

Program utama dari LPPM yang diunggulkan pada KKN Tematik yang diikuti oleh Miskiyatul adalah introduksi home waste decomposer. Dalam program ini para mahasiswa KKN membuat dekompostor di setiap pekarangan rumah yang akan dijadikan pupuk organik. Bahan utama dalam pembuatan dekompostor tersebut adalah sampah-sampah sisa makanan yang dapat membusuk dari para warga. Para mahasiswa membuat lubang di tanah sedalam kurang lebih satu hingga dua meter, kemudian sampah tersebut didiamkan sekitar dua hingga empat minggu. Dibutuhkan 10 lubang di beberapa pekarangan untuk dijadikan tempat pembuangan sisa-sisa makanan yang dijadikan dekompostor. Jika limbah tersebut sudah menjadi dekompostor, maka warga dapat mengambilnya untuk disebar ke tanaman dan dijadikan pupuk organik.

Menurut Miskiyatul, kesulitan yang dihadapi saat KKN adalah saat proses membuat dekompostor; karena lubang yang sangat dalam mahasiswa maupun warga sedikit mengalami kesulitan ketika mengambil hasil dekompostor yang sudah berbau tak sedap. Menurutnya, sosialisasi pembuatan dekompostor ini belum sepenuhnya lengkap tersampaikan hingga tahap finishing pengambilan dan pemakaian pupuk. Akibatnya, Miskiyatul juga agak sulit menghadapi berbagai macam pertanyaan dari para warga desa setempat. Selain itu, Miskiyatul sebelumnya tidak banyak mengetahui budaya atau kebiasaan yang ada di desa tempat dia mengnikuti KKN Tematik. Misalnya, rapat pengurus desa yang selalu dilaksanakan malam hari hingga larut malam. Dia seringkali mengalami kekurangan istirahat yang cukup karena harus berpartisipasi dalam rapat tersebut.

Manfaat yang dirasakan oleh Miskiyatul dengan mengikuti KKN Tematik ini adalah sebagai mahasiswa tidak hanya mengenal pembelajaran seperti halnya yang biasa dilakukan di kelas yakni hanya berdiskusi dan tidak ada praktik. Melalui KKN Tematik, mahasiswa belajar langsung di lapangan sehingga mereka harus siap siaga dan disiplin bekerja sesuai waktunya. Miskiyatul juga merasakan bahwa dirinya dapat bermanfaat bagi orang lain karena warga merasa terbantu dan berterima kasih pada para mahasiswa yang melaksakan program kerja dan membantu warga. Ada kepuasan tersendiri yang dirasakan oleh dirinya. Program KKN Tematik yang dijalankan juga berdampak positif pada pengembangan karakternya seperti public speaking-nya yang kian terlatih, khususnya ketika harus berhadapan orang yang kebih dewasa usianya. Walaupun terdapat beberapa orang yang sangat konservatif, namun mereka tetap mengayomi para anak muda yakni mahasiswa KKN. Miskiyatul memahami bahwa dengan perbedaan budaya antara desa dan kota menjadi pelajaran dan pengalaman yang berharga serta bekal ketika ia lulus sebagai mahasiswa nanti.