Program Kampus Mengajar adalah salah satu kanal pendidikan yang menjadi wadah bagi para mahasiswa untuk melakukan pembelajaran dan pelatihan di luar kampus dengan menjadi mitra guru di sekolah dalam pengembangan model pembelajaran serta meningkatkan pembelajaran literasi dan numerasi sekolah. Salah satu mahasiswa Unsoed yang mengikuti program kampus mengajar ini adalah Nur Azizah, mahasiswa Program Studi Fisika Fakultas MIPA angkatan 2020. Nur Azizah tertarik dengan program kampus mengajar karena program ini dapat menjadi bekal dan pengalaman bagi masa depannya. Melalui program kampus mengajar dia bisa mencoba hal baru yang mengesankan, mendapatkan benefit uang saku dan bebas KKN, mendapatkan sertifikat kegiatan, dan masih banyak lagi keuntungan lainnya.
Peserta Program Kampus Mengajar ditempatkan di sekolah yang memang membutuhkan bantuan tenaga, pikiran, dan waktu pihak lain. Biasanya sekolah itu memiliki siswa yang kurang semangat dalam proses belajar serta dukungan yang kurang dari orang sekitarnya. Nur Azizah menyampaikan, dia membangun komunikasi dengan para siswa untuk mengetahui apa yang dibutuhkan serta diinginkan para siswa. Dia juga selalu bercerita bagaimana indahnya hidup penuh cita-cita dan tujuan. Selain itu, dia juga senang mengapresiasi siswa yang aktif dengan memberikan sedikit hadiah supaya siswa tahu bahwasanya masih ada orang yang bangga dan menghargai kerja keras serta usahanya. Diharapkan mereka akan memiliki pemikiran bahwa pendidikan itu penting untuk diri sendiri dan masa depannya kelak.
Program Kampus Mengajar memberikan pelatihan AKM Kelas (alat bantu guru di kelas untuk mendiagnosis hasil belajar setiap individu murid) untuk mengukur kemampuan pembelajaran siswa. Pada awal kegiatan program ada pre-test AKM yang menunjukan hasil nilai para siswa yang sangat rendah. Untuk itu peserta program melakukan pelatihan pembelajaran yang menyenangkan kemudian membuat program meningkatkan kreativitas siswa. Pada akhir kegiatan dilakukan post-test AKM dengan nilai yang diperoleh siswa mengalami peningkatan. Ada beberapa kesulitan namun masih bisa teratasi. Salah satunya berhubungan dengan terbatasnya media pembelajaran, misalnya keterbatasan media digital/gadget untuk program AKM Kelas. Solusinya yang dengan menggunakannya secara bergantian menyebabkan proses AKM Kelas memakan waktu yang banyak. Selain itu, peserta program juga perlu mengubah perilaku serta kebiasaan para siswa sehingga perlu mengeluarkan tenaga ekstra dan tingkat kesabaran yang tinggi.
Dengan adanya konversi 20 SKS yang merupakan benefit dari Program Kampus Mengajar Nur Azizah bisa tetap fokus melaksanakan kegiatan dalam program ini. Karena sudah berpengalaman mengajar di beberapa bimbingan belajar dia merasakan kegiatan ini sangat menyenangkan walaupun kadang terasa berat. Gegar budaya yang dialami Azizah selama mengikuti program ini adalah menghadapi kebiasaan para siswa yang sangat berbeda dengan kehidupannya. “Saya yang sangat mengutamakan pendidikan serta terus belajar hal baru bertemu dengan para siswa yang tidak ada semangat sekolah serta minim pengetahuan. Mereka yang seharusnya masih menjalankan pendidikan dengan tenang terganggu dengan pemikiran harus punya uang serta lebih mengutamakan bekerja daripada sekolah,†ujarnya.
Dengan mengikuti program ini dia jadi lebih bisa bersyukur dengan kehidupan yang dia jalani. “Mendapatkan teman satu tim yang bisa menambah tali silaturahmi dan persaudaraan. Mencoba berbagai macam hal baru. Memperoleh pengalaman yang tidak semua orang bisa dapatkan menjadikan saya sangat amat beruntung sehingga menambah semangat saya belajar hal baru lagi,†jelasnya. Azizah berpesan agar setiap individu selalu mempercayai kemampuan diri ketika berbicara di depan orang banyak, terus mengembangkan keterampilan public speaking mereka, dan terus mencari pengalaman baru. Baginya, dalam pencarian tersebut terdapat keajaiban yang menunggu untuk diungkapkan, pelajaran yang tak ternilai harganya yang dapat dipetik, dan kebijaksanaan yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain.