Pangan, gizi, dan kesehatan, Profil Peneliti

Prof.Dr.Ir. Suwarto, M.S.

Kondisi kelaparan tersembunyi bangsa Indonesia akibat kekurangan gizi mikro utamanya gizi besi (Fe) menggugah Prof.Dr.Ir. Suwarto untuk menjawab masalah tersebut.  Setelah begitu gigih melakukan penelitian sejak 2007, Prof. Warto berhasil menemukan tiga galur harapan Unsoed-fe2, Unsoed-fe-27, Unsoed-Fe37.  Kegigihannya menemukan solusi masalah bangsa dan kecintaannya terhadap ilmu pemuliaan tanaman mengantarkannya dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman, Selasa, 26 Juni 2012 d Gedung Soemardjito.  Pidato pengukuhannya dengan judul “Memanen Matahari” (Biofortifikasi Besi pada Padi Untuk Mengatasi Kelaparan Tersembunyi) seolah menegaskan bidang kepakarannya pada tanaman padi.  Prof.Dr.Ir Suwarto, MS yang lahir di Banyumas pada 5 Mei 1960 ini adalah Guru Besar UNSOED ke-47.

Kecintaan Prof. Warto meneliti padi sejatinya sudah berlangsung sejak 1994.  Mulai dari mencari Padi Gogo yang toleran keracunan alumunium, padi efisien hara notrogen, mengatasi pelandaian produksi padi sawah, perakitan padi gogo tipe baru menggunakan tetua lokal, hingga optimalisasi adaptasi galur-galur murni dengan lingkungan untuk produksi dan kadar beras fe tinggi adalah beberapa diantara karya yang dibuatnya.  Salah satu pendorongnya untuk biofortifikasi  besi (Fe) adalah besi sangat bermanfaat dalam kehidupan.  Prof. Suwarto mengutip Ayat Al-Qur’an Surat Al-Hadiid : 25 “…Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia..”.  Varietas padi unggul baru hasil biofortifikasi besi selain dapat mengatasi kelaparan tersembunyi akibat kekurangan gizi besi, juga dapat meningkatkan produktivitas lahan marjinal.  Hal ini diungkapkan Prof. Dr.Ir Suwarto dalam pidato pengukuhannya.  Biofortifikasi Fe tanaman padi ini merupakan teknologi yang murah, mudah dan berkelanjutan untuk mengatasi defisiensi Fe penyebab animea.  Ujicoba yang diterapkannya yakni mengawinkan padi jenis Gilirang Fatmawati IR 64 dengan padi jenis Cimelati G10. Setelah melalui riset dan percobaan dari tahun 2007 sampai 2010, dari puluhan galur, ditemukan tujuh galur murni yang memiliki Fe beras tinggi lebih dari 20 ppm dan berdaya hasil tinggi lebih dari delapan ton per hektar. Selain itu, terpilih tiga galur yang memiliki Fe beras dan potensi produksi tertinggi lebih dari 10 ton perhektar yang diberi nama UNSOED-fe2, Unsoed-e27, dan Unsoedfe-37.  Dengan temuan Prof. Suwarto ini, maka masalah kelaparan tersembunyi yang banyak dialami banyak masyarakat pedesaan di Indonesia sangat mungkin diatasi.

Prof. Dr.Ir Suwarto, MS adalah alumni Fakultas Pertanian UNSOED Lulus Tahun 1984.  Ia melanjutkan S2 dan S3 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Suami dari Ir. Sri Marnani, M.Si ini selain aktif melakukan penelitian juga aktif melakukan kegiatan pengabdian masyarakat, Seminar Internasional, dan Menulis di berbagai jurnal.  Jurnal Plant Production Science adalah salah satu jurnal tempat karyanya berbicara.  Ayah empat orang anak ini juga aktif mengikuti berbagai kegiatan.   Kegiatan short course di Osaka-University-Jepang, Training on DUS Test for Trainer di Jepang adalah beberapa yang diikutinya.  Prof.Dr.Ir Suwarto juga sudah memperoleh HKI untuk penelitiannya yaitu Padi Unggul INPAGO UNSOED-1 dan Padi Unggul INPAGO JSPG136.  Karya-karyanya tak membuatnya merasa hebat.  Seperti padi, tanaman yang dicintainya, Prof.Dr.Ir. Suwarto, MS juga menggunakan ilmu padi, ‘semakin berisi semakin menunduk’.  Selamat Prof.Dr.Ir Suwarto, MS,