Akademik, Berita

Ujian Promosi Doktor Program Studi Biologi UNSOED

[unsoed.ac.id, Rab, 24/07/24] Program Studi Biologi Program Doktor, Fakultas Biologi Unsoed, kembali mengadakan ujian terbuka Promosi Doktor. Pada kesempatan kali ini Indah Sulistiyawati yang merupakan dosen Fakultas Sains dan Teknologi Prodi Biologi Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto, resmi menyandang gelar doktor dari Fakultas Biologi Unsoed. Ia berhasil mempertahankan desertasinya pada ujian terbuka Promosi Doktor Program Studi Biologi Fakultas Biologi Unsoed, Rabu (24/07/2024).

Adapun disertasi yang disusun berjudul “Prevalensi dan Mekanisme Resistansi Klebsiella pnemoniae Terhadap Antibiotik Ciprofloxacin”.

Ujian terbuka promosi doktor dipimpin oleh Pimpinan Sidang : Prof.Dr.Dwi Nugroho Wibowo MS., Tim Promotor : Dr. Daniel Joko Wahyono M.Biomed, dan Dr.dr. Wahyu Siswandari Sp.PK.,M.Si.Med., Gugus Kendali Mutu : Prof.Dr. Pudji Widodo M.Sc., Tim Penelaah : Dr. Hendro Pramono MS., dan Dr. Dini Ryandini M.Si., dan Tim Penguji Internal : Prof.Dr. Oedjijono M.Sc., Tim Penguji Eksternal : Dodi Safari S.Si.,Ph.D., dan Prof.Dr.dr. Ida Parwati Sp.PK.,Subsp.P.I(K). Ph.D.

Indah melakukan penelitian selama 1 tahun yang dilaksanakan sejak Agustus 2022 sampai dengan Agustus 2023, yang bertempat di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran Unsoed.

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kasus Klebsiella pneumoniae yang saat ini sebagai pathogen utama menyebabkan kasus infeksi yaitu pneumonia, infeksi saluran kemih, bakteremia, dan abses hati. “Di rumah sakit / fasilitas kesehatan bakteri Klebsiella pneumoniae yang merupakan salah satu kelompok bakteri Gram Negatif menjadi perhatian utama. Bakteri ini mendominasi (15,10%) diantara bakteri Gram negative lainnya, dan juga menyebabkan kasus kematian 12 – 80 %,” jelasnya.

Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan mortalitas saat ini menjadi suatu hal yang harus diselesaikan dan mendapatkan suatu perhatian yang sangat penting. Karena kasus ini menjadi kasus yang sangat sulit diobati. Salah satu antibiotik yang ditetapkan yaitu dari kelompok Kuinolon (spektrum luas) yaitu fluoroquinolone dari antibiotik ciprofloxacin.

Dari penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa kemunculan bakteri K. pneumoniae resistan terhadap antibiotik ciprofloxacin terus berkembang secara substansial yang mempengaruhi terapi pengobatan. Bakteri K. pneumoniae menggunakan beberapa strategi mekanisme untuk menghindari efek antibiotik ciprofloxacin meliputi; produksi biofilm, aktivitas permeabilitas porin, aktivitas efflux pump, ekspresi gen OmpK35 dan OmpK36 dan mutasi gen gyrA dan gen parC yang telah berkembang secara efisien dalam penyebarannya.

“Mekanisme tersebut saling berkaitan dengan peranan pentingnya masing-masing dalam menghambat ciprofloxacin. Efikasi ciprofloxacin memiliki target intraseluler menghambat replikasi DNA, sehingga adanya mutasi gen gyrA dan gen parC menjadi penanda penting dalam mekanisme resistansi ciprofloxacin. Keberadaan K. pneumoniae resistan ciprofloxacin menjadi perhatian besar dalam pelayanan kesehatan, sehingga diperlukan pengendalian nyata,” jelasnya.

Menurutnya, metode molekuler dan evaluasi profil mekanisme resistansi terhadap ciprofloxacin sangat diperlukan untuk diterapkan di rumah sakit yang dikuatkan dengan standar operasional prosedur terapi. Perlu adanya penelitian lebih lanjut menggunakan whole genom sequencing untuk mengkarakterisasi profil strain K. pneumoniae dalam pemetaan genom K. pneumoniae di Indonesia.

Studi periodik dan sistematik tentang pola resistansi sangat diperlukan untuk mendapatkan rejimen pengobatan yang tepat bagi pasien. Pengendalian resistansi antibiotik patogen memberikan tantangan besar bagi dunia kedokteran dan kesehatan masyarakat. Secara umum terdapat beberapa saran untuk meningkatkan pengetahuan tentang resistansi K. pneumoniae terhadap ciprofloxacin termasuk dalam menganalisis mekanisme resistansinya.

Pengendalian kemunculan patogen yang resistan memerlukan kepatuhan dalam pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya dalam penanganan penyebaran infeksi K. pneumoniae secara cepat dan tepat. PPI yang melibatkan dokter, pasien dan konsumen pelayanan kesehatan yang harus memahami perlunya tindakan bijaksana dalam penggunaan antibiotik.

#unsoedmajuterus

#merdekamajumendunia