[unsoed.ac.id, Rab, 04/12/24] Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), bekerja sama dengan First Institute of Oceanography, Kementerian Sumber Daya Alam (MNR), Tiongkok; Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP RI), sukses menyelenggarakan The 8th China-Southeast Asian Countries Marine Cooperation Forum pada tahun 2024.
Kegiatan ini juga di dukung oleh Decade Collaborative Center on Ocean-Climate Nexus and Coordination Amongst Decade Implementing Partners in P.R. China (DCC-OCC), di Gedung BJ Habibie BRIN, Jakarta.
Forum yang mengangkat tema “Strengthen Collaboration on Ocean and Climate to Accelerate Actions for the UN Decade of Ocean Science” ini bertujuan memperkuat kolaborasi di bidang kelautan dan perubahan iklim, guna mendukung implementasi Dekade Ilmu Kelautan PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan (2021–2030).
Sejak pertama kali digelar pada tahun 2013, Forum Kerja Sama Kelautan Tiongkok-Negara-negara Asia Tenggara telah menjadi wadah penting untuk mempererat kolaborasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan. Dalam tujuh forum sebelumnya, berbagai strategi berbasis sains telah dikembangkan untuk mengatasi tantangan lingkungan bersama, yang berdampak pada kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya.
Dekade Ilmu Kelautan PBB disepakati oleh United Nations General Assembly (UNGA) sebagai upaya untuk melawan penurunan kesehatan laut secara global. Inisiatif ini bertujuan menyatukan para pemangku kepentingan di sektor kelautan untuk mendorong kemajuan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan demi masa depan laut yang sehat, produktif, dan berkelanjutan.
Sejalan dengan prinsip-prinsip ini, The 8th China-Southeast Asian Countries Marine Cooperation Forum menghadirkan para ahli, ilmuwan, dan pembuat kebijakan dari berbagai negara Asia Tenggara serta Tiongkok. Diskusi dalam forum ini berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebijakan kelautan, dengan tujuan memperkuat kerja sama internasional dan mendorong pembangunan regional yang berkelanjutan.
Convenor perwakilan UNSOED dalam sesi Marine Ecosystem Protection, Biodiversity Conservation, and Biotechnology Development yaitu Dr. rer.nat Riyanti, M.Biotech, mengapresiasi terselenggaranya acara ini.
“Melalui forum ini, kita dapat berbagi wawasan, membangun sinergi yang lebih kuat, dan menciptakan solusi untuk menjawab tantangan kelautan dan perubahan iklim,” ungkapnya.
“Forum ini juga menjadi momentum untuk memperjuangkan laut yang bersih, damai, dan sejahtera bagi semua, selaras dengan visi besar Dekade Ilmu Kelautan PBB dengan berfokus pada perlindungan ekosistem laut, konservasi keanekaragaman hayati, dan inovasi bioteknologi,” tambah Riyanti.
Sementara itu, convenor sesi East Asia Summit Workshop on Coastal Economy Development, Prof. Maria Dyah Nur Meinita, M.Sc, menekankan pentingnya pelaksanaan forum ini dalam mengukur sejauh mana pengembangan ekonomi biru, khususnya terkait rumput laut di Indonesia.
“Acara ini memberikan perspektif yang berharga untuk memahami tantangan dan peluang pengembangan ekonomi biru di tingkat regional,” jelas Prof Maria.
Dengan terlaksananya forum ini, UNSOED semakin mengukuhkan posisinya sebagai universitas yang berkontribusi aktif dalam upaya pembangunan kelautan berkelanjutan di tingkat nasional dan internasional.
#unsoedmajuterus
#merdekamajumendunia