Berita

UNSOED Terapkan Teknologi Produksi Olahan Carica Dieng Berbasis Ekonomi Hijau Dan Kembangkan Produk Zero Waste

[unsoed.ac.id, Sel, 18/11/25]Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto melaksanakan Program Transformasi Teknologi dan Inovasi (PTTI) di Desa Parikesit, Kejajar, Wonosobo. Program ini berfokus pada pengolahan buah carica Dieng melalui pendekatan zero waste dan pendampingan pengelolaan usaha bagi kelompok masyarakat produktif.

Carica, yang dikenal sebagai pepaya gunung, merupakan komoditas endemik yang di dunia hanya tumbuh di tiga lokasi, salah satunya di dataran tinggi Dieng. Desa Parikesit, yang menjadi sentra komoditas, kini menjadi laboratorium bagi tim inovator UNSOED untuk menerapkan teknologi hasil riset.

Koordinator Pusat Inovasi dan Hilirisasi LPPM UNSOED, Dr. Santi Dwi Astuti, STP., M.Si., menjelaskan bahwa penelitian UNSOED telah berhasil mengolah seluruh bagian buah carica, termasuk pulp dan biji yang selama ini menjadi limbah dari produksi koktail, menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.

Ketua program PTTI, Dr. Friska Citra Agustia, menyatakan bahwa program ini bertujuan menyebarluaskan dan menerapkan teknologi tersebut kepada mitra.

“Kami membawa hasil riset yang telah teruji dan siap diterapkan (TKT 6), seperti formula dan proses pembuatan minuman jeli carica fungsional rendah kalori yang sudah berstatus paten granted. Selain itu, produk diversifikasi lain seperti selai, squash, ready to drink, dan es krim juga siap dikembangkan,” ujar Friska.

PTTI menargetkan dua mitra utama: Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Tani dan Bumdes Baladewa.

KWT Mekar Tani yang telah memproduksi koktail carica sejak 2012 menghadapi tantangan penurunan penjualan dan keterbatasan Ipteks dalam diversifikasi produk. Anggota tim pelaksana PTTI, Dr. Furqon, STP., M.Si., menyampaikan, KWT Mekar Tani akan menerima pelatihan dan praktik produksi aneka olahan zero waste carica, serta pendampingan pengelolaan usaha, branding, dan pemasaran, termasuk secara online melalui e-commerce.

“Produk yang dihasilkan akan dilengkapi label, kemasan, informasi nilai gizi, serta diuruskan izin edar seperti sertifikasi P-IRT dan Halal. Kami juga memfasilitasi KWT dengan peralatan dan mesin produksi untuk meningkatkan kapasitas,” tambah Furqon.

Sementara itu, Bumdes Baladewa yang baru berdiri tahun 2024 akan didukung untuk mengembangkan unit usaha baru di sektor pariwisata.

Dr. Istiqomah, SE., M.Si., anggota tim lainnya, menjelaskan bahwa teknologi yang diimplementasikan untuk Bumdes adalah penerapan sistem informasi berbasis website dan aplikasi smartphone untuk pengelolaan PAMSIMAS agar lebih efisien dan transparan.

“Unit usaha baru Bumdes adalah Usaha Glamping untuk mendukung pariwisata Dieng, khususnya menarik wisatawan milenial. Tim PTTI memberikan pelatihan pengelolaan, branding, dan pemasaran untuk usaha baru ini,” terang Istiqomah.

Santi Dwi Astuti menegaskan, luaran utama program ini adalah peningkatan kapasitas produksi dan SDM mitra, terciptanya produk unggulan desa berbasis carica, legalitas usaha, dan terbentuknya kelembagaan usaha yang berdaya saing.

Program PTTI ini dirancang sinergis dan memiliki kontribusi strategis, antara lain mendukung pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi, sejalan dengan Asta Cita Pemerintah Indonesia, yaitu hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah, dan mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) melalui inovasi berbasis komoditas lokal dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

“Program ini diharapkan mentransformasi masyarakat desa dari pasif menjadi aktif, mandiri, dan berdaya saing, serta mengembangkan ekosistem agropreneurship berbasis teknologi dan komoditas lokal unggulan,” pungkas Santi.

#unsoed1963#merdekamajumendunia