Berita, Kemahasiswaan

Wujudkan Desa Budaya Sebagai Bentuk Pelestarian Budaya Banyumasan

[unsoed.ac.id, Sen, 02/09/24] Dalam upaya melestarikan budaya lokal, Tim Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) mengembangkan Tarian Lengger dan Ketoprak Banyumas yang hampir hilang tergerus zaman.  Inisiatif ini bertujuan untuk menjaga dan mengembangkan warisan budaya Banyumasan yang kaya akan nilai sejarah dan tradisi.

Desa Budaya ini didirikan di salah satu desa di Kabupaten Banyumas, yaitu Desa Kaliori  yang memiliki potensi budaya kuat namun kurang terangkat. Melalui program ini, Tim PPK Ormawa Unsoed bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk menggali dan memperkenalkan kembali berbagai kesenian, tradisi, dan kearifan lokal yang hampir terlupakan. Kegiatan berlangsung pada bulan Juni hingga Oktober 2024.

Tim beranggotakan Annisa Risda Muthmainnah (Agroteknologi), Atikah Shelfiana Rahmadani (Hubungan Internasional), Diah Putri Agustina (Agroteknologi), Diky Rimansyah (PJKR), Laura Keisya Paramitha (Manajemen Sumberdaya Perairan), Lia Triana (Keperawatan), Lisna Hartati Tampubolon, Mazaya Amalia Putri (Biologi), Muhammad Yusuf Ilham (Peternakan), Mohamad Zaki Mubarok (Sosiologi), Najla Nadia Ramadhanti (Agroteknologi), Suci Shiyami (Hubungan Internasional), Sheza Siti Rafiah (Teknologi Pangan), Syakira Nur Annisa Alwi (Teknologi Pangan), dan Widya Nuraini Adha Susanti (Sastra Indonesia).

Mazaya Amalia selaku ketua tim, mengatakan tim PPK Ormawa akan melaksanakan sejumlah program kerja dalam upaya pelestarian budaya yang ada.

“Beberapa program kerja yang dilaksanakan adalah menciptakan kelembagaan Ketoprak Serayu dalam rangka pelestarian Ketoprak Banyumas, berupa program pelatihan Ketoprak Banyumas, dan lengger dengan sekolah dasar, membuat inventarisasi kostum Ketoprak Banyumas untuk pentas, pembuatan merchandise, seperti gantungan kunci akrilik, pin, dan stiker sebagai bentuk oleh-oleh yang dapat dibeli oleh wisatawan,” ujarnya.

“Dalam pelaksanaannya tim berkolaborasi dengan karang taruna, dan menggaet maestro Lengger Lanang, Rianto dalam acara Bisik Serayu Festival dalam rangka mengenalkan kebudayaan Desa Kaliori kepada wisatawan,” tambahnya.

Program ini mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat setempat. Kepala Desa setempat menyatakan apresiasinya atas inisiatif mahasiswa Unsoed yang dianggap sangat relevan dengan kebutuhan desa dalam menjaga warisan budaya mereka.

Keberhasilan program ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan akademisi, yang melihat inisiatif ini sebagai langkah konkret dalam pelestarian budaya lokal di tengah gempuran modernisasi. Salah satu mitra yang berperan dalam dalam program ini adalah pemuda Teras Serayu. Pemuda Teras Serayu, sebuah komunitas yang berpusat di daerah aliran Sungai Serayu, telah memainkan peran penting dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan lokal.

Di tengah arus modernisasi yang semakin deras, pemuda Teras Serayu hadir sebagai garda terdepan untuk menjaga warisan budaya yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.

“Dengan terciptanya Desa Budaya ini, diharapkan generasi muda dapat lebih mengenal dan mencintai budaya Banyumasan, sekaligus mempromosikannya ke masyarakat luas. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa pelestarian budaya tidak hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat,” pungkasnya.

#unsoedmajuterus

#merdekamajumendunia